Seorang teman baru saja pulang dari berakhir pekan bersama keluarganya dari Bali. Terlihat wajah gembira dan ada kepuasan orgasmik paripurna disana. Ketika kutanyakan padanya apakah juga mengunjungi Desa Ubud, dia terlihat agak terperangah dan bingung… “Emang ada apa di Ubud?” Dia setengah bertanya, mengingat sebenarnya dia sudah bersiap-siap membanggakan liburan dan cutinya kali ini dengan berbagai cerita. Aku sudah menduga, pasti beberapa hari disana, dia melewati kesempatan untuk menyambangi desa yang satu ini, terlewat kayaknya…. Pasti…. 🙂
Iya ya…. Ada apa emangnya, pertanyaan dengan sedikit penasaran teman tersebut tidak kujawab, kubiarkan saja dia bertanya-tanya dan gemes penasaran…. Hahaaa…… Ya, tentu kita seharusnya gembira dan bangga tentunya, karena baru-baru ini dunia pariwisata negeri kita, desa (atau katakanlah kota) Ubud, dinobatkan sebagai Kota Terbaik se-Asia. Kawasan wisata yang berada di Kabupaten Gianyar ini berdasarkan survei pembaca majalah pariwisata yang berbasis di Amerika Serikat, Conde Nast Traveller, awal Januari lalu sepakat memberikan penghargaan tersebut.
Majalah ini setiap tahunnya melakukan pemilihan berdasarkan masukan pembacanya yang memilih kota-kota favorit mereka dalam sebuah voting dengan 6 kriteria, yaitu suasana, budaya/tempat-tempat spesifik – situs-situsnya, keramahtamahan penduduk, akomodasi, restoran dan belanja. Hasil yang diperoleh dari survei ini tentu saja mengejutkan bagi kita dan masyarakat Ubud, khususnya, mengingat Ubud belum pernah masuk ke dalam daftar peringkat kota terbaik se-Asia versi majalah Conde Nast Traveler. Namun, tahun 2009, Ubud langsung menduduki posisi teratas, mengalahkan kota-kota lain dengan skor tertinggi di kriteria keramahtamahan. Adapun skor yang diperoleh adalah 82.5 dari nilai total skor 100. Seperti yang disampaikan oleh Ubud Hotels Association, pada hari Rabu kemarin, 3 Februari 2010.
Kota lain di Asia mendapat skor lebih rendah, Bangkok (2) dengan skor 82.2, Hong Kong (3) dengan skor 81.3, diikuti oleh Chiang Mai dengan 80.9, Kyoto dengan 80.2. Disusul Singapura (79.6), Shanghai (75.9), Jaipur (74.2), Tokyo (72.9) dan Hanoi (69).
“Ini benar-benar kejutan yang menyenangkan. Atas nama masyarakat Ubud, saya mengucapkan terimakasih kepada para wisatawan yang berkunjung dan lalu memilih Ubud,” ungkap Bupati Gianyar Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati Tjokorda Putra Sukawati saat serah-terima penghargaan berupa plakat kepada perwakilan masyarakat Ubud, dari majalah tersebut yang disaksikan langsung oleh masyarakat kota itu.
Kota Ubud berpenghuni sekitar 8.000 orang – kurang lebih sejam perjalanan dari Denpasar, sehingga dapat dibayangkan suasana yang terbangun, tidak terlalu padat tetapi terlihat gairah kehidupan disana sebagaimana layaknya kota lain di seantero pulau Bali. Bila pernah mengunjungi kota kecil ini, suasana di pusat Ubud, yakni sekitar Puri Ubud, tidak ada bedanya dengan wilayah lain di Bali, misalnya Kuta dan sekitarnya, misalnya, udara hangat cenderung terik dan mulai sumpek dan diwarnai kemacetan setiap harinya akibat pergerakan dan aktivitas penduduk.
Bila kesemrawutan arus lalu lintas, seperti yang diakui oleh pak Bupati atau biasa dipanggil Cok Ace, jadi dimana keistimewaannya?
Cobalah luangkan waktu seharian penuh untuk menikmati suasana Ubud, menyusuri jalanan, tempat, sekaligus suasana di belakang Puri Ubud. Barulah kita percaya dimana letak keunikan dan keistimewaan kawasan wisata ini…
Kawasan Bali bagian selatan ini kental dengan suasana pantai, pedesaan dan pemandangan spektakuler terasering sawah dan tebing kalinya… Belum lagi bila kita berkesempatan membaur dengan penduduknya, beruntung melihat acara persiapan sesaji dan perlengkapan upacara keagamaan di pura-pura di sekitar Ubud.
Kuliner? Naah… Ini juga kan masuk ke dalam kriteria penilaian di kota ini, sehingga mereka memenangkan penghargaan… Jangan khawatir, semua jenis makanan ada, khususnya yang tidak berpantang yaa…. Hahaaa… Karena ada warung babi guling di sebelah kompleks Puri Ubud. Sedangkan kuliner halal tentu ada dong… Bebek Bengil yang rasanya tak perlu diragukan lagi nikmatnya dan ada juga Warung Makan Nasi Campur Bu Mangku di Kadewatan layak dicoba…
Bila kota Ubud mampu, kota lain seharusnya bisa ya..?
(Diolah dari berbagai sumber, kompas.com, vibizdaily.com, wikipedia.org)
Wah…. luar biasa Ciptaan Tuhan, dan luar biasa juga para penduduk yang hidup di kota Ubud. Mereka pantas menerima penghargaan kota terbaik se-Asia versi majalah Conde Nast Traveler. Karena mereka begitu menghargai dan bijaksana mengelola Alam ciptaan Tuhan……
Semoga menjadi contoh di kota-kota lain termasuk kota Tomohon……tempat tinggalku….
Kita salut ya Maryanti….. Ga nyangka aja qo kota kecil ini bisa dilirik oleh mereka…. Tapi memang Ubud istimewa qo…. Walaupun begitu bukan berarti kota-kota lain di negeri kita tidak bisa, termasuk kota Tomohon di Manado yang juga memiliki kekhasannya…..
Salam !
hmmmm……..
i love Bali
i love Denpasar
i love Ubud
i love u full, Indonesia….. <3<3<3
Ubud is Bali is Denpasar is Indonesia………
Indonesia is soo beautiful…… ^o^
Haa…. u’re right Sophie…. Bali is beautifuL…walau banyak daerah lain di negeri kita yang tak kalah sebenarnya, hanya promosi yang kurang…. 🙂
keren banget…… Ubud memang unik….
Ayooo mbak Arini…. rencanakan ke Ubud… 🙂
Pasti kesampaian deh….
suka banget….. 🙂
Memang unik looh….. Cobalah recanakan kesana….
Bali seolah tak pernah habis memanjakan hamba2 yang berlibur…
Bayangkan ini baru Ubud belum ke Blue Lagoon yang terletak di Karang Asem, yang begitu romantic dimana alamnya selalu menggoda bagi setiap pasangan yang datang…
i like Bali…. cute…. 😉
[…] tanpa ada aktivitas kehidupan seperti hari-hari biasanya menghiasi seluruh sudut kota hingga ke pelosok-pelosok desa di Bali, seperti pedesaan Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, pinggiran perkotaan Kabupaten […]
Bali (termasuk Ubud) memang betul2 paradise, berani sumpah dech, Bravo Ubud !……..
mantabbbbb